Tuesday, February 19, 2013

Penemu Heran Tentang Temuannya

Penemu Heran Tentang Temuannya

 http://cdn.asiancorrespondent.com/wp-content/uploads/2013/02/RinjaniScopsOwl-621x322.jpg

Gudang Burung - Penemuan spesies baru burung hantu yang hanya ada di Pulau Lombok menimbulkan harapan adanya penemuan spesies baru lainnya di kawasan Indonesia.

Bagi George Sangster, ilmuwan Swedia yang pertama kali menemukan spesies baru tersebut pada 2003, yang sekarang dikenal sebagai Rinjani scops owl, misteri terbesarnya adalah kenapa “identitas sebenarnya dari burung ini bisa tersembunyi begitu lama dari dunia pengetahuan.”

“(Burung hantu Rinjani) dapat ditemukan secara luas di Pulau Lombok. Burung tersebut juga sangat vokal (sering berkicau), sehingga sulit untuk tidak menemukannya,” kata Sangster dalam emailnya kepada The Jakarta Globe.

Spesimen burung hantu Rinjani pertama kali dikumpulkan pada tahun 1896 oleh naturalis Inggris terkenal Alfred Everett, tetapi selama lebih dari seabad kemudian spesies ini disebutkan sebagai “Moluccan scops owl”, yang juga ditemukan di Lombok dan pulau-pulau yang berdekatan.

“Secara morfologi Rinjani scops owl sangat mirip dengan kerabat terdekatnya di Sumbawa dan Flores, dan berdasarkan morfologi saja memang sulit untuk menyebut ini sebagai spesies yang berbeda,” kata Sangster.

Namun pada akhir tahun 1970an, para peneliti menemukan bahwa vokalisasi atau suara burung hantu bisa membantu membedakan spesies yang secara fisik mirip satu sama lain, padahal mereka merupakan spesies yang berbeda.

Beberapa spesies burung hantu baru telah diidentifikasi berdasarkan suara mereka, kata Sangster, dan yang terbaru adalah Rinjani scops owl, yang secara resmi dideskripsi dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada hari Rabu (13/2) dalam jurnal ilmiah PLoS One secara online.

Penemuan burung ini, yang diberi nama ilmiah Otus Jolandae, telah memicu harapan tentang penemuan spesies baru lainnya dari Indonesia.

“Peneliti telah lama percaya bahwa taksonomi burung sudah ‘hampir selesai,’” kata Sangster, yang sekarang menjadi mahasiswa program doktoral atau PhD di Museum Sejarah Alam Swedia.

“Namun setiap ada penemuan baru, keyakinan itu menjadi kurang kredibel. Bahkan setelah 250 tahun dengan penelitian ilmiah kita masih belum tahu semua burung di wilayah Indo-Malaya. Indonesia adalah harta karun bagi taksonomis ... Saya benar-benar berharap bahwa spesies baru lainnya akan diumumkan dalam beberapa tahun mendatang, termasuk setidaknya satu lagi burung hantu baru.”

Terlepas dari keinginan para ilmuwan untuk mencoba menggali keanekaragaman hayati di Indonesia, masih ada ancaman bahwa nilai eksotis spesies itu justru akan menjadikan mereka target utama untuk perdagangan satwa liar.

Sangster mengutip sebuah laporan oleh Chris Shepherd, program officer senior untuk pengawas satwa liar Traffic Asia Tenggara, yang terbit akhir tahun lalu yang mengindikasikan bahwa ada setidaknya lima spesies burung hantu, termasuk burung hantu scops, yang dijual di berbagai pasar di Jakarta.

Sangster mengatakan bahwa faktor yang mendukung keberlangsungan Rinjani scops owl secara turun temurun adalah fakta bahwa habitat burung tersebut tersebar luas di sekitar Gunung Rinjani.

“Ini berarti spesies ini tidak terbatas pada hutan primer,” katanya.

“Ini menunjukkan bahwa spesies ini bisa tahan terhadap perubahan habitat. Berarti bahwa pulau itu dapat mendukung populasi yang cukup besar dari spesies ini. Kita belum tahu tentang diet (makanan), struktur sosial atau perilaku bersarang dari Rinjani scops owl, atau bagaimana habitat yang optimal untuk spesies ini. Namun, karena tidak susah untuk ditemukan, maka hal-hal di atas bisa dipelajari dengan relatif mudah. Deskripsi spesies ini hanya langkah awal.”-beritasatu