Thursday, March 7, 2013

Lindungi Lingkungan dengan Pengamatan Burung

Lindungi Lingkungan dengan Pengamatan Burung


Gudang Burung - Indonesia memiliki kekayaan fauna yang menarik untuk menjadi lokasi pengamatan. Salah satunya Lombok yang termasuk salah satu bagian paling barat dari wilayah Wallace.

Daerah ini juga paling sedikit diselidiki dan paling kurang dikenal di dunia perburungan di muka bumi. Meski demikian, Lombok kaya akan burung penetap dan migran, selain juga menyimpan jenis burung endemik.

Burung Nusantara bekerjasama dengan BSC Kecial dan Universitas Mataram melakukan pelatihan pengamatan burung air pada 2-3 Maret 2013. Pemberian teori pengamatan burung dilakukan terlebih dahulu di Universitas Mataram.

“Saya berharap pelatihan ini dapat melahirkan pengamat burung dan meningkatkan kapasitas untuk mengembangkan pengamatan burung di Lombok,” ujar Koordinator Kegiatan Fransisca Noni dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (7/3/2013).

Fokus pelatihan terdiri dari bagaimana cara mengamati, identifikasi  burung dan menyatukan data burung yang didapat oleh pengamat yang berjumlah 23 orang dan berasal dari Bali dan Mataram.

Pelatih pendamping yaitu Ferry Hasudungan dan Iwan Febrianto mengingatkan pentingnya kejujuran saat mengidentifikasi burung supaya hasil amatan akurat. Selain itu para peserta juga harus tahu bagaimana status perlindungan dari burung yang berhasil mereka amati.

Selama pelatihan, peserta berhasil mengidentifikasi 22 jenis burung. 7 jenis di antaranya dilindungi oleh Undang-Undang No 7 Tahun 1999 dan 3 jenis burung termasuk dalam appendix II CITES. Jenis-jenis yang dilindungi antara lain Elang tiram (Pandion haliaetus), Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus), Elang hitam (Ictinaetus malayensis), Gajahan penggala (Numenius phaeopus), Raja-udang biru (Alcedo coerulescens), dan Isap-madu Australia (Lichmera indistinct). Dan satu jenis yang termasuk burung endemik di Sulawesi, Kep. Sula dan Maluku, Sumbawa dan Flores yaitu Kapasan sayap-putih (Lalage sueurii).

I Wayan Suana, Dosen Ekologi Hewan Universitas Mataram menyampaikan penghargaannya tentang keuntungan kegiatan ini terhadap hubungan kelompok pengamatan Kecial dengan dunia luar.


Selanjutnya praktik lapangan dilaksanakan di Sekotong, Dusun Kelapa, Desa Labuan Tereng, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat â€" Nusa Tenggara Barat.
Noni mengatakan data burung yang diambil oleh para pengamat dapat mendukung pemerintah lokal dalam konservasi lingkungan.Dalam kegiatan ini, para peserta diajak untuk peka terhadap lingkungan dengan mencatat ancaman yang terjadi, seperti pemburu.
Dengan adanya informasi mengenai status perlindungan burung, para pengamat burung dapat mengajak pemerintah lokal untuk mempertahankan perlindungan wilayah Sekotong yang saat ini menjadi milik pemerintah namun dikelola secara privat.
“Lokasi ini adalah satu lokasi pengamatan burung, lab kuliah, dan tempat penelitian jurusan MIPA Universitas Mataram. Kami akan terus memajukan pengamatan burung dan siap membantu pemerintah dalam pengelolaan lokasi ini,” tambahnya.-tribun