Saturday, September 10, 2011

10 Langkah ternak perkutut

I. Sekolah Dulu 
 Namanya juga beternak, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan indukan untuk ditangkar. Disinilah biasanya para pendatang baru (baca pemula) sering babak belur. Habis duit segudang tanpa hasil yang diharapkan. Karena itu kalangan Kung Mania sering berseloroh, "sekolah" perkutut itu biayanya amat mahal. Kenapa mesti mahal bila kita tahu trik-triknya ? 
 Agar biaya sekolah itu tak mahal, kita jangan emosi dengan mengandalkan kekuatan modal di kocek. Anggap saja seperti layaknya sekolah formal. Mulai dari TK, SD, SMP dan seterusnya. Jangan malu dikatakan punya duit tapi beli burung cepekan (seratus ribuan). 
 Beli dulu yang murah-murah sembari belajar dan memahami berbagai aspek suara perkutut. Belilah piyik lalu peliharalah sampai dewasa. Tujuannya, agar faham betul, bila sewaktu piyik kualitasnya demikian setelah dewasa berubah demikian. 
 Setelah mulai paham sekolahnya baru ditingkatkan. Mulai beli burung-burung yang agak mahalan sedikit. Sebaiknya juga tetap piyik. Tujuannya sama, untuk memantau perkembangannya. Tahapan ini terus naik sesuai dengan jumlah dana yang tersedia. 
 Setarakan antara kekuatan modal dengan ilmu yang ada. Kalau mengertinya masih setengah-setengah, sebaiknya beli burung dengan harga menengah. Agar terhindar dari gorokan dan tak memunculkan seloroh, "sekolah perkutut mahal harganya". 


II. Pelajari Darah (Blood Line) 
 Nyaris 90% peternak sukses mengatakan, bahwa unsur darah turunan yang mengalir pada seekor perkutut amat menentukan kualitasnya. Karena itu carilah piyik-piyik atau calon bibit dengan aliran darah yang baik. Kalau perlu darah langsung para juara. 
 Dengan mempelajari aliran darah yang mengalir pada seekor perkutut, minimal kita masih bisa selamat. Sebab sering terjadi, meski dibeli dengan harga cepekan tetapi saat diternak melahirkan juara. Itu dikarenakan aliran darah yang mengalir masih membawa turunan juara. 
 Agar makin paham dengan darah darah beken, sebaiknya ikuti silsilah setiap jawara. Setelah paham betul sampai kakek buyut para jawara, barulah masuk ke peternak untuk berburu piyik berbakat atau calon indukan bermasa depan. 

III. Nonton Konkurs atau Latihan 
 Anda tidak akan diusir bila datang melihat latihan rutin yang banyak digelar di kota Anda. Atau datanglah melihat konkurs resmi. Disitu, Anda bisa belajar banyak. Selain mematangkan ilmu suara perkutut yang baik dan benar, juga sekaligus memahami bagaimana karakter Kung Mania. 
 Di arena tersebut Anda bisa berkenalan dengan sejumlah peternak, para botoh atau juri dan bahkan para pakar. Belajar dan janganlah malu untuk bertanya bilamana perlu. 
 Disitu Anda juga sekaligus bisa menguping, berapa harga pasaran untuk seekor perkutut berdasarkan kualitas suaranya. Tujuannya, Anda tidak tersembelih bila suatu ketika datang ke peternak atau showroom untuk membeli calon indukan. 

IV. Memilih Peternak 
 Pilihan yang tepat pada peternak untuk pengadaan bibit juga amat menentukan. Sebab sekarang ada ribuan peternak di seluruh tanah air dengan kualifikasi gurem, menengah dan besar. Tak perlu gerah datang ke peternak gurem, karena setiap peternak pasti punya yang baik dan yang kurang. 
 Bukan jaminan datang ke peternak raksasa dan papan atas pasti mendapat burung bagus dan bisa jadi juara atau menurunkan anak juara kalau diternak. Sebaliknya, produk peternak gurem tak selamanya jelek, jauh dari juara dan susah diternak. 
 Berdasarkan keyakinan akan kemampuan diri ada baiknya Anda untuk menerobos semua peternak yang Anda ketahui alamatnya. Nongkronglah disana minimal dua jam untuk memperhatikan indukan yang peternak bersangkutan ternakan. Juga piyik-piyik produksi mereka plus darah-darah yang mereka ternak. 
 Untuk dicatat, seorang peternak yang baik dan mapan, biasanya sudah kelihatan konsisten. Sudah memiliki ciri khas akan ciri produk mereka misalnya peternak A piyik-piyik yang Anda pantau punya ciri khas, sebut saja powernya. Atau suara ujungnya rata-rata ndelosor. 
 Ciri khas itu biasanya bawaan tanpa sengaja kesukaan tipe suara perkutut yang mereka sukai, misalnya peternak A suka akan tipe suara perkutut yang panjang bak kucing kejepit, maka bisa dipastikan indukan yang mereka ternak juga bertipe demikian. Tipe yang sama juga akan Anda temui pada piyik yang mereka produksi. 
 Peternak yang sudah mulai konsisten dan punya ciri khas demikian umumnya sudah peternak secara intensif selama lebih dari dua tahun. Atau ciri khas itu mulai nampak manakala mereka sudah sampai ke generasi ketiga yang mereka ternak. Atau sudah mulai banyak menggunakan anakan sendiri (pilihan) untuk dijadikan indukan serta hanya menggunakan maksimal 25% indukan dari luar. Indukan dari luar, bagi peternak mapan dan konsisten hanyalah sebagai pemberi corak. Misalnya, agar bisa menguber gaya baru yang lagi ngetrend. 
 Peternak yang belum mapan, antara lain ditandai dengan variatifnya merk bibit yang mereka ternakkan. Ini juga pertanda bahwa peternak yang bersangkutan masih dalam tahap mencari bentuk. 
 Bila menemui peternak demikian, sebetulnya kesempatan buat Anda untuk merogoh produk terbaik mereka. Karena yang mereka ternakkan masih F/1, biasanya mereka kurang kontrol akan produknya karena variatifnya, kualitas dan tiadanya ciri khas. Carilah kelengahannya, kemudian sabet yang Anda incar. 
 Jangan terpancang pada kandang favorit peternak yang bersangkutan karena bila itu yang Anda buru, pastilah bandrolnya lebih mahal dibanding anakan dari kandang lainnya. 
 Yang terpenting dalam memilih peternak adalah mencoba mencari tahu, apakah peternak bersangkutan betul-betul mengerti atau tidaknya burung perkutut. Tes dan coba tanyakan misalnya si juara bernama A itu induk bapaknya siapa. Atau, bila seekor perkutut jalan dobel diternak dengan jalan engkel keluar anaknya rata-rata bagaimana. 
 Coba tanyakan satu persatu kandang favorit atau kandang lainnya bagaimana kualitas bibit yang diternak. Misalnya kandang 1, bapaknya jalan bagaimana ibunya bagaimana. Peternak yang serius akan dengan mudah menjawab pertanyaan demikian karena dia betul-betul memantau indukan sebelum diternakan. 

V. Memilih Calon Indukan 
 Agar lebih cepat proses beternaknya, yang paling tepat memang membeli calon indukan yang sudah berumur. Seekor perkutut yang siap diternak bilamana usianya sudah mencapai 6-7 bulan. Tetapi di usia sekitar 4 bulan sudah mulai bisa dimasukkan kandang penangkaran. 
 Menurut sejumlah peternak, bila dimasukkan kandang dalam usia muda (sekitar 4 bulan) proses perjodohan akan lebih mudah. Atau cepat jodoh. Beda misalnya dengan yang sudah sudah berumur, seringakali cekcok. Yang jantannya galak selalu menghajar betinanya atau sebaliknya. 
 Calon indukan yang baik untuk diternakkan, minimal tiga unsur suaranya terpenuhi.Suara depan,suara tengah,dan suara ujung terpenuhi. Air suara (latar) juga perlu diperhatikan,apakah cowong bergaung dengan echo yang bagus atau basah dan serak. Yang bagus untuk diternak adalah yang air suaranya cowong. Volume bisa disesuaikan, senang yang gede atau yang kecil kristal. 
 Yang jelas, biar bersuara besar (nada rendah) atau kecil (nada tinggi), ketukannya haruslah jelas didengar. Atau biasa diistilahkan tebal dan tipisnya suara. 
 Jarak antar ketukan juga harus agak renggang atau biasa diistilahkan lelah atau senggang. Tapi bila terlalu senggang juga amat membahayakan, seringkali malah patah atau tidak sampai. 
 Perkutut dengan suara patah biasanya karena napasnya tidak sampai. Karena itu orang kemudian mengistilahkannya dengan power. Ada tidaknya power yang bisa disimak dari tekanan kala bunyi. Apakah tandas tajam atau malas tanpa ada daya untuk mendorong suara lepas dari hidung. 
 Jalan suara juga penting. Misalnya dobel, engkel, satu setengah dan seterusnya. Saat ini trennya adalah perkutut bersuara minimal satu setengah (Klauuu Ke..thek..thek..Kung) atau dobel (Klau Ke..thek..ke..thek..Kung). 
 Tetapi jangan lantas berpedoman pada uraian di atas lalu ketika mencari burung dobel lelah unsur suara lengkap dengan hanya duit cepek. Karena perkutut berkualifikasi demikian umumnya sudah dibandrol di kisaran minimal 500 ribu per ekor. 
 Dengan duit cepek Anda mungkin masih bisa mendapat perkutut bersuara dobel tapi tak lelah dan ujung panjang ndelosor. Atau satu setengah agak lelah tapi ujungnya tidak panjang. Tak mengapa, ujung kurang bisa dikawinkan dengan yang ujungnya lebih dan seterusnya. 
 Selain faktor di atas dalam mencari indukan sekali lagi ada baiknya juga untuk memperhatikan faktor darah yang mengalir di tubuh perkutut yang bersangkutan.

VI. Belajar Crossing 
 Setelah calon indukan telah terkumpul, sebaiknya Anda mulai "sekolah" lagi. Kali ini ke jurusan silang menyilang atau bagaimana cara mengawinkan pasangan perkutut agar nantinya melahirkan anakan yang bagus. 
 Bila ini jalan pintas seperti yang sekarang banyak dilakukan peternak adalah memfotocopy kandang favorit atau kandang yang telah melahirkan juara. Misalnya kandang Super Beken dari peternak Kangen Juara yang telah melahirkan juara berisikan indukan jantan Bogem - 9 dan betina Tinju - 8. Bila Anda memang mampu menggaet adik atau kakak dari Bogem - 9 dan Tinju - 8 langsung saja masukkan kandang dan kawinkan. 
 Memang tak seluruhnya proses fotocopy tersebut berhasil. Bahkan sedikit yang melaporkan sukses. Tapi toh cara ini belakangan mulai banyak dilakukan oleh peternak. Dan uniknya anak-anak copyan tersebut juga laris manis. Mungkin bagi para pembeli lebih baik membeli fotocopyan yang lebih murah daripada yang asli. 
 Perihal bagaimana silang menyilang yang baik, ada baiknya belajar langsung ke sejumlah peternak yang telah sukses melahirkan juara. Mereka ini umumnya sudah paham teknik silang menyilang. Sebab bagaimanapun bila teknik itu diuraikan disini akan memakan banyak halaman. Itupun belum ada rumus pasti. 

VII. Siapkan Kandang 
 Setelah beberapa pasang calon indukan terkumpul barulah Anda menyiapkan kandang penangkarannya. Ukurannya tidak ada ketentuan pasti. Bisa sepanjang 1,2 meter tinggi 1,8 meter dan lebar 50-70 cm. Yang mutlak diperlukan adalah panas matahari langsung. 
 Perihal lantai juga tak mutlak harus pasir atapnya juga bisa asbes, genting atau apa saja. Yang jelas jarak antar sarang dengan genting tak boleh terlalu dekat bila tak ingin telurnya nanti kopyor karena suhu dan kelembaban udara di kandang tidak sesuai. Kandang tersebut bisa saja dibangun dengan konstruksi kayu, aluminium atau besi. Tergantung kekuatan dompet kita. Bisa dibangun di atas tanah atau lantai atas rumah kita. Bisa juga di halaman sempit atau lahan luas. Kalau bisa lokasi kandang jangan terlalu sepi atau jarang dikunjungi atau dilewati orang sebab semakin sepi dan jauh dari manusia akan makin kurang produktif. Mungkin perkutut akan merasa aman dan nyaman bila sering bertatap muka dengan manusia. 
 Dengan demikian sebaiknya lokasi kandang jangan terlalu berisik misalnya dekat bengkel, dekat tempat latihan band dan lain-lain. Perkara hewan peliharaan misalnya *(O)**(O)**(O)**(O)**(O)**(O)* lama-lama juga akan beradaptasi tapi kucing adalah hewan yang paling ditakuti perkutut karena itu usahakan agar lokasi kandang tidak sering dikunjungi oleh kucing. 

VIII. Memasukkan ke Kandang 
 Saat yang paling tepat mengawinkan perkutut adalah sore hari. Mandikan dan elus-elus dahulu keduanya baru dimasukkan ke kandang. Bisa terlebih dahulu disuapi kacang hijau yang telah direndam air hangat sampai empuk. Plus minyak ikan, vitamin B-kompleks, Vitamin E, atau jenis vitamin lainnya. 
 Kalau masih juga ogah jodoh dan sering berkelahi sebaiknya dipegang lagi, dimandikan lagi. Bila masih juga bentrok, cari mana yang ganas lalu masukkan ke sangkar dimana sangkar tersebut bisa dimasukkan ke kandang. Bila tidurnya sudah mulai berdampingan, tanda sudah mulai jodoh. Keluarkan yang ganas tadi dari dalam sangkar ke kandang penangkaran. 
 Perhatikan bila sudah mulai jodoh dan kawin-kawin menjelang bertelur, keduanya akan mencari benda apa saja untuk bisa dipakai untuk buat sarang. Yang paling ideal untuk dipakai adalah daun cemara kering atau akar rumput yang sudah kering. 

IX. Manajemen Kandang 
 Catat kapan tanggal bertelurnya dan kapan menetasnya. Perkutut mengerami telurnya selama kurang lebih 14 hari. Sebaiknya catatan di secarik karton bekas tadi ditempatkan di bagian luar kandang (bisa dimana saja). 
 Bila ingin lebih produktif bisa memanfaatkan jasa puter untuk meloloh piyik dengan catatan piyiknya baru dipindah ke puter yang juga harus tengah mengeram. Setelah piyik tersebut berusia sekitar 7 hari atau setelah diberi cincin. Bila terlalu kecil dikhawatirkan mati terinjak puter. Sebaliknya bila terlalu besar atau sudah mulai belajar terbang, bulu mulai lengkap, piyik tadi ogah diloloh dan dirawat puter. Mau lebih produktif lagi caranya dengan memindahkan telur perkutut untuk dierami diamond dove atau ke pasangan perkutut lain yang biasa disebut babu. Caranya demikian memang membutuhkan ketelitian dan ketelatenan sebab kita harus tahu persis kapan perkutut bersangkutan bertelur dan kapan pula si diamond dove atau si babu bertelur. 
 Kalau tak pas tanggalnya bisa berantakan, karena baik babu atau diamond dove akan meninggalkan telurnya bila melewati 15 hari telur itu tak juga menetas. Atau bisa juga kaget bila telur yang dierami oleh babu atau diamond dove tadi lebih cepat menetas dari waktu yang semestinya. 

X. Memantau Piyik 
 Setelah piyik produk peternakan kita sudah berumur 1.5 s.d. 2 bulan suara angin sudah mulai dikeluarkan. Pantau terus bagaimana perkembangannya. Bagus atau tidaknya piyik hasil ternakan kita tadi. Jangan terburu napsu untuk dijual karena kita tak akan pernah tahu bagaimana lagi perkembangannya bagus atau jelek. 
 Proses pemantauan sampai dewasa, tak hanya untuk anak pertama tapi kalau bisa hingga ke anak ketiga. Bila rata-rata lumayan bagus bisa diteruskan, sebaliknya bila rata-rata kurang bagus, bongkar kandang, ganti jantan atau betinanya yang dirasa kurang.

(Sumber AGROBIS Minggu III MEI 1998 | perkutut online)