Gudang Burung - "Sebulan kami bisa kirim dua truk dan beberapa pikap ke daerah-daerah yang sudah menjadi langganan saya," ujar Sutisna ketika ditemui di kediamannya. Dikatakannya, setiap truk biasa berisi 300 sangkar burung perkutut. Sementara satu pikap bisa terisi sekitar 150 sangkar.
Diakui Sutisna, saat ini hasil penjualan sangkar burung perkutut cukup menjanjikan. "Meski tidak tentu, bagi perajin kecil seperti saya, sebulan bisa kantungi keuntungan sekitar Rp 1,5 juta. Alhamdulillah bisa hidupi keluarga, sekolahkan anak, dan kebutuhan lainnya," ujar Sutisna.
Dikatakan Sutisna, memang tidak ada perbedaan yang mencolok sangkar burung perkutut karya Kampung Karangsari dengan karya dari tempat lainnya. Hanya memang untuk harga sangkar burung perkutut karya Kampung Karangsari bervariasi. Mulai dari Rp 35 ribu sampai Rp 75 ribu.
Adapun motif dan jenis sangkar burung karya Kampung Karangsari, misalnya, kerang batik, mahkota, jemuran, barong, rang, metalik, puter, dan lainnya.
Dikatakan Sutisna, meski gairah kembali bangkit, namun faktor teknis menjadi kendala utama bagi para perajin sangkar burung perkutut. Menurutnya, banyak pemuda dan pemudi Kampung Karangsari tak lagi memiliki minat untuk menjadi perajin sangkar burung perkutut. Itu disebabkan minimnya upah sehingga banyak pemuda memilih bekerja di luar daerah.
"Sehari mereka para perajin ini hanya mendapatkan upah sekitar Rp 35 ribu-40 ribu. Menurut mereka hasil tersebut minim dan kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar Sutisna.-tribun