Fleksibilitas kepala burung hantu telah lama jadi teka-teki. Ilmuwan penasaran mengapa burung itu bisa memutar kepala dan lehernya hingga 270 derajat bak memelintir kepala. Baru-baru ini, tim peneliti dari John Hopkins University di Baltimore melakukan penelitian terkait hal itu.
Untuk meneliti, ilmuwan menggunakan pewarna khusus untuk mendukung pencitraan pembuluh darah dan tulang leher burung hantu. Selanjutnya, preparat bagian tersebut dibuat, kemudian diamati serta dianalisis.
Saat menginjeksikan pewarna yang berfungsi meniru darah yang mengalir, ilmuwan mendapati bahwa pembuluh darah arteri di bawah tulang rahang burung hantu melebar, membentuk reservoir serupa waduk di aliran sungai. Ini berbeda dengan pembuluh darah arteri manusia yang terus menyempit.
Ilmuwan percaya, "waduk" di pembuluh darah tersebut memungkinkan pemompaan darah dan energi ke otak dan mata burung hantu, membantu burung saat memutar kepala. Pembuluh darah dengan banyak cabang dan pertemuan membantu meminimalkan kegagalan menyuplai darah ke kepala.
"Hasil studi kami menunjukkan secara tepat adaptasi morfologi apa yang dibutuhkan untuk mendukung putaran kepala dan mengapa manusia sangat rentan terhadap cedera osteopati dari pakar tulang," kata Philippe Gailloud, neurolog yang memimpin studi ini, seperti dikutip AFP, Jumat (1/2/2013). Hasil studi dipublikasikan di jurnal Science, Jumat lalu.