Di Sulawesi Utara (dan Gorontalo), terdapat beberapa lokasi yang menarik untuk mengamati burung. Beberapa diantaranya yang sudah terkenal adalah Cagar Alam Tangkoko-Duasudara, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, hutan lindung Sahendaruman di Pulau Sangihe, Suaka Margasatwa Karakelang di Pulau Talaud, dan yang belakang ini mulai banyak dikunjungi adalah Cagar Alam Gunung Ambang. Masing-masing lokasi memiliki kekhasan tersendiri. Misalnya, Tangkoko yang merupakan "surga" bagi Raja Udang dan Hornbill (Burung Rangkong), Bogani yang lebih di kenal dengan Maleo-nya, dan apabila anda tertarik untuk berburu burung hantu (khususnya Cinanbar Hawk-owl Ninox ios), maka di Gunung Ambanglah tempat terbaik. Demikian pula dengan Pulau Sangihe dan Pulau Talaud, masing-masing pulau tersebut memiliki jenis-jenis burung yang tidak akan kita jumpai di tempat lain dimanapun di dunia ini. Artinya jenis-jenis tersebut hanya bisa dijumpai di kedua pulau tersbut, atau para ilmuan mengistilahkannya dengan Endemik.
Khusus di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, terdapat beberapa lokasi yang sudah biasa dikunjungi oleh para pengamat burung, diantaranya adalah Toraut, Tambun dan Tapakolintang. Bahkan saat ini, beberapa tour burung dari Mancanegara telah menjadikan tempat ini sebagai target yang "wajib" mereka kunjungi. Ya memang benar, Bagi para pengamat burung ketiga lokasi ini memang sudah tidak asing lagi, terutama Tambun. Tambun adalah tempat terbaik untuk melihat burung Maleo Macrocephalon maleo. Salah satu jenis burung endemik Sulawesi yang keberadaannya sudah terancam punah.
Tambun adalah tempat yang baik untuk mengamati maleo, karena di tempat inilah terdapat lokasi peneluran maleo atau yang biasa dikenal dengan nesting ground. Untuk mencapai Desa Tambun (atau resminya Desa Pinonobatuan), kita harus menempuh perjalalan selama kurang lebih 5 jam dari Kota Manado dengan mengendarai mobil. Di kompleks nesting ground terdapat sebuah Pos Jaga milik Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Dan di tempat seluas kira-kira 2,6 ha inilah, satu oraganisasi internasional yang khusus bergerak dalam perlindungan satwa liar bernama WCS (Wildlife Conservation Society-Indonesia Program) sedang melakukan upaya pelestarian maleo.
Beruntung, Saya telah mengunjungi tempat ini dalam beberapa kali kesempatan. Dan dalam kesempatan kunjungan tersebut, saya berhasil membuat catatan jenis-jenis burung yang pernah saya jumpai di Tambun.
Sebenarnya, tidak hanya Maleo yang menarik untuk dilihat, karena di tempat yang cukup terbuka ini dan berbatasan langsung dengan hutan, kita berpeluang untuk me-record beberapa jenis burung endemik Sulawesi, seperti: Spilornis rufipectus dan Accipiter trinotatus (Keluarga Elang), ada Streptocita albicollis dan Scissirostrum dubium di kelompok Myna, pada kelompok Raja udang, kita bisa menjumpai Cyttura cyanotis dan Ceyx fallax, apalagi pada kelompok burung paruh bengkok, kita bisa menjumpai Loriculus exilis dan L. stigmatus serta Prioniturus platurus.
Pokoknya bagi Anda yang senang mengamati burung, sudah pasti tidak akan dikecewakan kalau bertandang ke Tambun. Perjalanan mengamati burung di Tambun akan semakin lengkap bila kita beruntung menyaksikan peristiwa yang sangat luarbiasa yaitu saat menyaksikan maleo bertelur. Asal tau saja, di dekat lubang peneluran maleo telah tersedia sebuah blind hut (persembunyian/pengintaian), sehingga kita dapat menyaksikan peristiwa yang luarbiasa itu dari dekat. Keberadaan pondok pengintaian ini juga akan menguntungkan bagi para pe hobi Photography, Anda bisa mengabadikan peristiwa itu dengan kamera kesayangan anda. (tapi perlu diingat alangkah lebih baik lagi bila Anda mempersiapkan kamera dengan lensa tele).