Konon, kabar yang tersebar luas di masyarakat - bahkan mungkin anda pun sudah mendengarnya - bahwa maleo pada saat setelah bertelur langsung 'semaput' . Hal ini kabarnya diakibatkan oleh telurnya yang 'luarbiasa' besar - bisa mencapai 5 kali lebih besar dari telur ayam kampung.
Namun bagaimana kejadian yang sebenarnya...?
Saya berkesempatan melihat hal yang unik ini dan pengalaman itu akan saya bagikan kepada anda.
Semoga sepenggal tulisan ini akan menambah wawasan anda tentang burung yang unik dan endemik Sulawesi (hanya dapat dijumpai di Sulawesi
Sejak bergabung dengan salah satu oraganisasi non-pemerintah (NGO) yang bergerak dibidang pelestarian satwa di Sulawesi, keinginan untuk membuktikan kebenaran cerita itu terus menghantui pikiran saya. Dan akhirnya kesempatan itupun tiba...
Saya bisa menyaksikan kejadian yang unik itu. Sungguh pengalaman yang LUARBIASA.
Di tempat pengintaian (yang hanya berukuran sekitar 1 x 1 m), saya duduk sendirian menanti kedatangan sang burung. Saya duduk disana sejak jam 5:30 wita. Dalam benak saya berpikir, bagaimana rupanya perilaku maleo saat bertelur? Benarkah semua cerita orang tentang kebiasaannya yang suka semaput setelah bertelur? hmmmm??? Dalam hati saya berdoa, "datanglah engkau burung maleo, tunjukkanlah kepadaku segala keunikanmu".).
Tak berapa lama kemudian, dari kejauhan terdengar suara burung maleo. Dan makin lama suaranya makin mendekat ke lokasi peneluran (kami biasa menyebutnya nesting ground). Setelah kurang lebih setengah jam prosesi sahut menyahut antara maleo jantan dan maleo betina berlangsung, tiba-tiba terdengar kepakan sayap burung besar mendekat dan bertengger tepat dicabang pohon dekat tempat pengintaian. "Ini pasti maleo", batin saya. Beberapa saat kemudian terdengar suara burung maleo jantan dari atas pohon tadi. Barangkali sang jantan sedang memberikan sinyal ke burung betina bahwa dia sudah dilokasi dan sedang memeriksa keadaan. Suara kepakan sayap terdengar lagi, dan ternyat seekor burung maleo mendarat di depan tempat pengintaian. Jaraknya kira-kira 15 m.
Mohon anda bersabar dulu, karena kisahnya akan saya lanjutkan kemudian...
Thursday, June 1, 2006
"Berburu" Burung Hantu
Pada suatu hari di bulan Oktober 2005, saya bersama beberapa teman yang 'gila' burung pergi menemani seorang rekan (dari Inggeris yang juga 'gila' burung) yang ingin melihat salah satu jenis burung hantu Endemik Sulawesi (artinya hanya bisa dijumpai di pulau Sulawesi). Burung ini relatif masih baru untuk dunia ilmu pengetahuan karena baru saja diperkenalkan sebagai jenis baru. Namanya ilmiahnya Ninox ios.
Saat ini, lokasi yang relative mudah untuk bisa melihat jenis burung ini adalah di Gunung Ambang, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Sehingga tidak heran banyak para pengamat burung yang pergi ke Gunung Ambang hanya untuk melihat Ninox ios. Kami pun berangkat ke Gunung Ambang, mencoba keberuntungan untuk melihat burung yang cantik ini.
Beruntung kami telah dibekali dengan rekaman suara burung N. ios, sehingga begitu menjelang malam (sekitar pukul 18:00) rekaman suara tersebut kami mainkan. Dan benar saja... tidak lama kemudian, dari kejauhan diantara lebatnya hutan, kami mendengar balasannya. Rekaman suara terus kami mainkan hingga suara balasan tersebut terus mendekat (hingga jarak 7 meter).
Namun sayang, kami belum berhasil melihatnya karena rimbunnya pohon di belantara Ambang. Proses seperti ini terus kami lakukan selama kurang lebih 5 jam, tanpa berhasil melihat seekor burung pun. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami tetap berusaha untuk terus memanggil N.ios.
Tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat diatas kepala dan berhasil diikuti dengan lampu senter. Dan setelah beberapa lampu senter diarahkan ke arah bayangan tersebut, ternyata...
itu adalah NINOX IOS.
Kami pun dengan sepuasnya terus memandangi N. ios, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 01:00 tengah malam.
Perjalanan kami mejadi tidak sia-sia.
Kami pulang dengan hati yang gembira.
Terima kasih Ninox ios, sampai jumpa di lain waktu.
Saat ini, lokasi yang relative mudah untuk bisa melihat jenis burung ini adalah di Gunung Ambang, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Sehingga tidak heran banyak para pengamat burung yang pergi ke Gunung Ambang hanya untuk melihat Ninox ios. Kami pun berangkat ke Gunung Ambang, mencoba keberuntungan untuk melihat burung yang cantik ini.
Beruntung kami telah dibekali dengan rekaman suara burung N. ios, sehingga begitu menjelang malam (sekitar pukul 18:00) rekaman suara tersebut kami mainkan. Dan benar saja... tidak lama kemudian, dari kejauhan diantara lebatnya hutan, kami mendengar balasannya. Rekaman suara terus kami mainkan hingga suara balasan tersebut terus mendekat (hingga jarak 7 meter).
Namun sayang, kami belum berhasil melihatnya karena rimbunnya pohon di belantara Ambang. Proses seperti ini terus kami lakukan selama kurang lebih 5 jam, tanpa berhasil melihat seekor burung pun. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Dalam perjalanan pulang, kami tetap berusaha untuk terus memanggil N.ios.
Tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat diatas kepala dan berhasil diikuti dengan lampu senter. Dan setelah beberapa lampu senter diarahkan ke arah bayangan tersebut, ternyata...
itu adalah NINOX IOS.
Kami pun dengan sepuasnya terus memandangi N. ios, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 01:00 tengah malam.
Perjalanan kami mejadi tidak sia-sia.
Kami pulang dengan hati yang gembira.
Terima kasih Ninox ios, sampai jumpa di lain waktu.
Subscribe to:
Posts (Atom)